Senin, 18 Agustus 2014

Diri gue, apa adanya ...

Beberapa hari yang lalu, as usual, gue ke Gresik buat tugas kantor dan seperti biasa juga “terbang” sendirian itu salah satu hal yang membosankan apalagi kalo dapet seat di “gang” pesawat, u know what I mean, ga bisa liat view dari jendela pesawat, berhubung ga boleh nyalain koneksi internet, so aktifitas pilihan lain ialah membaca. Majalah traveling yang disediain maskapai penerbangan inilah yang satu-satunya sumber bacaan gue. Isinya, ya standar majalah travelling, promosi agen hotel, wisata di daerah ini itu dan macam-macam hal tentang plesiran. Namun, ada satu artikel unik yang nyempil di majalah ini. Judulnya “Bagaimana menjadi pemimpin yang menginspirasi?”. Wih, lumayan nih, pikir gue, nambah-nambah ilmu. Senangkep gue, pemimpin itu ada 2 macam, yaitu pemimpin yang menyerap energi, maksudnya pemimpin yang justru memancarkan energi-energi negatif jadi malah menyerap energy orang disekitarnya, misal pemimpin yang arogan, egois, bossy, dll, dan yang kedua, pemimpin yang memberikan energi positif. Jenis pemimpin yang kedua inilah yang dapat menjadi pemimpin yang menginspirasi. Kok bisa? Caranya?

Menilik diri

Pertama, kita harus punya visi atau tujuan. Nah, visi atau tujuan inilah yang akan menjadi sumber inspirasi. Bagi seorang pemimpin, memiliki visi atau tujuan yang jelas ialah hal yang mutlak diperlukan. Bagaimana dia dapat menjadi pemimpin kalau dia sendiri ga punya visi atau tujuan hidup ? Kedua, komunikasikan, bagikan dan sebarkan visi atau tujuan tersebut. Bagi pemimpin dalam keluarga, organisasi, perusahaan atau bahkan negara, proses sharing visi atau tujuan menjadi hal yang penting untuk kemajuan bersama. Kenapa? Karena proses sharing visi ini bertujuan untuk penyatuan dan pemahaman visi sehingga jika ada hal-hal yang bertentangan dapat segera dicari solusi bersama. Last but definitely not least, pemimpin harus menjaga agar nyala semangat para anggotanya tidak padam dalam mencapai visi tersebut. Mungkin hal inilah yang paling sulit, karena sifat alamiah manusia yang umumnya cepat lelah, cepat bosan, cepat merasa puas de el el inilah yang dapat menjadi penghambat terbesar tercapainya visi tersebut. Nah, disinilah peran pemimpin sesungguhnya diuji, apakah dia memiliki integritas atau tidak. Kenapa jadi integritas? Tentu. Bagi gue, integritas artinya ialah kesesuaian antara ucapan dengan perilaku atau perbuatan orang tesebut. Jika ia seseorang yang berintegritas maka ia pasti akan berusaha agar segala sesuatu yang diucapkannya apalagi yang dibagikan kepada orang lain akan ia lakukan juga. Begitu juga dengan visi yang kita bahas sebelumnya. Ia pasti akan berusaha menjaga agar visi yang sudah disepakati bersama ini dapat terus tercapai dan diwujudkan baik oleh dirinya sendiri maupun oleh anggota yang dipimpinnya.
Nah, setelah membaca kicauan gue diatas, kalian masuk jenis yang mana ? ;p. Kalo gue? Hmmmmm. Gue punya visi, meskipun masih visi hidup gue pribadi sih hehehe. So, syarat pertama udah gue penuhi yah hahaha. Nah, masuk ke syarat kedua ini nih yang susah. KOMUNIKASIKAN, BAGIKAN, SEBARKAN. Kenapa jadi hal yang sulit buat gue? Pada dasarnya gue bukan orang yang supel, bukan orang yang pandai akrab sama orang lain, berbicara sama orang lain adalah hal yang sulit buat gue apalagi mengkomunikasikan visi atau tujuan gue. Wait, berbicara disini bukan dalam arti berbicara yang sebenarnya ya, kalo itu sih gue bisa atuh ;p . Pada dasarnya gue orang yang sangat pemalu dan sangat sangat introvert HAHAHAHA. Itulah kenapa gue suka kikuk atau bahkan dibilang sombong sama orang karena, ya, memang begitu, gue susah buat memulai obrolan apalagi kalau cuma berdua, apalagi kalau orang yang satunya lagi pendiem juga. Aduuh, itu mah bisa ‘krik krik krik’ banget hahaha. Tapi anehnya gue bisa jadi sangat “gila” kalau ngobrol dalam grup (artinya lebih dari 2 orang ya ;p) Aneh ya? Gue juga ga ngerti kenapa HAHAHAHA. Jadi, beruntunglah wahai kalian manusia-manusia yang terlahir supel dan pandai berbicara dan bergaul. Mencoba menjadi supel adalah hal yang sangat-sangat membutuhkan usaha keras bagi gue. Mencoba artinya masih banyak gagal disana-sini, masih banyak yang perlu gue perbaiki disana-sini. Jadi, kalau kalian yang pernah ngobrol berdua sama gue dan tiba-tiba gue jadi pendiem, maaf ya, bukan gue-nya sombong atau gimana-gimana, tapi ya, karena alasan diatas. Tapi tenang kok, gue terus berlatih dan berusaha buat jadi lebih baik. Bukan maksud apa-apa, gue hanya ingin orang-orang merasa nyaman ketika berada di dekat gue, ketika ngobrol sama gue. Dan tentu aja gue ingin mengkomunikasikan visi hidup gue. Gak muluk-muluk kok, visi hidup gue cuma pingin menjadikan orang-orang yang gue sayangi, yang gue cintai selalu tersenyum. Klise? Emang. Susah? Banget. Tapi, hal-hal yang baik selalu layak untuk kita perjuangkan kan ? 
Dan gue, Agist Dwiki Hermawan, sedang berjuang ;)

Salam,
@agzthermawan

Selasa, 27 Mei 2014

Jatuh Bangun di Bandung


Sendiri bukan berarti sepi,
Sendiri bukan berarti tak punya siapa-siapa,
Sendiri berarti memiliki dirimu seutuhnya

Terkadang sebagai makhluk sosial, kita butuh waktu untuk menyendiri, butuh waktu untuk merenung, butuh waktu untuk mengenal lebih dalam siapa diri kita ini. Bahkan dapat merenungi semua hal yang sudah kita lakukan dalam hidup maupun segala hal yang ingin kita lakukan selama sisa hidup. Hal ini juga yang menjadi salah satu tujuan gue ketika berkunjung ke Bukit Moko, Bandung. Banyak orang bilang, merenung di tempat sunyi, jauh dari hingar-bingar kota, hingga merenung sambil melihat kerlip lampu kota dari ketinggian merupakan saat-saat pas buat mengenal diri lo lebih dalam. Gue selalu suka mantengin view city lights from top, entah kenapa, energi cahaya lampu yang dipancarkan bisa me-recharge semangat gue.

Keren kan?
Nyesel ga bawa tenda *mupeng
Envy ga ? *ketawasetan

View dari pendopo
Tapi ternyata strategi gue SALAH BESAR !! Preeeeet !! Awal-awalnya sih bisa gue merenung sambil liat kerlap-kerlip lampu kota Bandung, tapi meeeeen lama kelamaan suasana yang udah pas itu berubah jadi kayak pasar -____- Rameee banget, ada yang dateng berpasang-pasangan, ada yang dateng bertiga-tigaan, bahkan ada yang dateng satu jurusan kampus!!! Hilang sudah mood gue untuk bersendu-sendu ria. Tapi emang ga bisa disalahin juga sih secara emang malam minggu, waktunya anak gaul Bandung buat saling bergaul dan menggauli *eh *ambigu. Dan yang paling bikin gue geleng-geleng kepala adalah gileeeee cewe-cewe disini kayaknya anti-dingin, anti-badai semua kali ya. Kongkow di Moko cuma pake hotpants, mini skirt sama tanktop doang plus paling ditutup selendang atau pashmina tipis ckckckckc. Gw sih mencoba untuk berpikir positif aja, mungkin sebelum kesini mereka udah minum wedang ronde, wedang jahe atau T*lak Ang*n 10 sachet atau mungkin mereka udah balurin balsem atau minyak angin ke sekujur tubuh atau bahkan mereka ke Moko lari-lari kecil makanya sampe atas mereka kegerahan dan full expose body HAHAHAHAHA, fokus, Gist!

Oh iya, interesting moment sewaktu di Moko ialah pas pertama kali nyampe sana. Niat awalnya sih pengen duduk-duduk dulu sambil ngelurusin kaki tapi tiba-tiba kita disodorin menu disuruh buat langsung mesen makanan atau minuman. Teteh-teteh Moko, “Ayo, A’ mangga dipesen makanan minumannya”. Gue, “Nuhun Teh, ntar aja yaa”. Teteh-teteh Moko, “Oh, kalau gitu ini atuh ya A”. Tiba-tiba dia nyodorin kaya secarik kertas laminating, dan kalian tau isi tulisannya apa ?? Isinya itu begini  “Punten, kalau tidak pesan makanan/minuman, bayar Rp 10.000 per orang” Widiiiiihhh, cuma mau duduk-duduk, nikmatin ciptaan Tuhan aja kudu bayar ckckckckck, berasa bener monopoli si Saung Daweung. Akhirnya kita pesen teh manis sama susu panas harganya 4 ribu, lumayan kan ngirit 6 ribu per orang :p *tetepngirit.

Pisgor keju, yang coklat2nya enak
Menu yang tidak biasa
Malam makin larut, angin makin kenceng bikin gue pengen buru-buru masuk sleeping bag dan langsung terlelap. Perdana banget nih tidur di tempat terbuka tanpa penghalang tenda cuma terbungkus sleeping bag HAHAHAHAHA. Meskipun mata udah berat banget tapi susah buat tidur lelap, gimana mau lelap secara banyak orang wara-wiri, cekakak-cekikik, nyanyi-nyanyi. Ternyata menjelang subuh makin banyak orang yang datang, mungkin mereka mau liat sunrise dari sini. Sayangnya, sunrisenya ga kelihatan karena cuaca yang kurang mendukung. Tapi viewnya tetep bagus banget kok plus udaranya seger banget. Udah lama gue ga hirup udara seger pegunungan plus semilir angin sejuk.


Sendiri ?



(ceritanya) preman


Behind the cam :(
Setelah puas mengabadikan moment disana-sini, waktunya kita berkemas. Bayangan gue, perjalanan pulang bakal lebih gampang secara cuma turunan doang, tapi ternyata susah meeen. Turunan curam berbatu plus banyak orang lari pagi. Jadi ga bisa sembarangan meluncur dan tangan ga lepas dari pedal rem. Karena eh karena gue berboncengan dengan Tissa yang notabene tidak kurus *ampuuuuun alhasil meluncurlah motor dengan 2 kali kecepatan normal HAHAHAHA, lagi seru-serunya meluncur tetiba pas gue mau ngerem, WOW rem nya blong iyak sekali lagi BLONG !!! Gimana saya dan Tissa tidak terperangah *ehm, walhasil gue berusaha mengalihkan laju motor ke arah yang bisa direm manual alias pake kaki HAHAHAHA, Alhamdulilah motor sukses nabrak semak-semak kecil, gue berdua masih bisa nafas, setelah itu gue coba kocok-kocok atau apalah bahasanya itu pedal rem, eh ternyata rem nya kembali HAHAHAHA, agak mistis sh tapi yasudahlah yang penting bisa berkelana kembali. Maaf ya ga ada fotonya, masih untung selamet mana mikirin foto-foto pas lagi rem blong HAHAHAHAHA

Setelah kejadian menghebohkan barusan, kita berempat sepakat buat cari tempat sarapan dulu baru kemudian nentuin untuk destinasi selanjutnya. Muter-muter nyasar sana-sini, niat awalnya mau makan di Braga malah nyasar sampe ke alun-alun Tegalega HAHAHAH, maafkan kami wahai Pak Ridwan Kamil, ke Bandung aja nyasar. Sarapan kupat sayur dan teh manis cukup bikin gue sedikit melupakan shock therapy yang barusan. Akhirnya kita diskusi perihal tujuan kita selanjutnya, dan dilakukan voting menghasilkan suara 3:1 untuk destinasi Kawah Putih, dan tebak siapa suara yang sendirian itu? Gue !! Entah kenapa gue ga ada kepengenan sama sekali kesana, selain karena udah 2 kali kesana dan entah kenapa feeling gue udah ga enak kalo kita tetep kesana. Karena ini negara demokrasi, dan gue sebagai warga negara yang baik maka gue pun ikut suara mayoritas walaupun dengan berat hati. Kita mulai dari Tegal Lega menuju arah Ciwidey, sambil tanya sana-sini akhirnya ketemulah jalur menuju Ciwidey. Jalur pegunungan yang berkelok-kelok kadang bikin gue jiper, tanpa persipan buat touring yang lumayan jauh, bikin gue ga berenti buat berdoa, fyi, gue bukan tipe yang suka touring, gue lebih nyaman jalan kaki daripada harus kebut-kebutan atau naik motor jarak jauh apalagi dengan persiapan minim. Akhirnya dipertengahan jalan, gue give up karena udah ga enak banget perut sama kepala, dan digantiin sama Tissa. Malu sih, cuma ya daripda gue tepar dan malah bahaya buat satu motor mending ga usah gengsi kan. Ga lama, kita nyampe di Kawah putih, dan langsung antri buat naik semacam mobil khusus yang bakal anterin kita sampe ke pelataran menuju kawahnya. Meskipun cuaca sedikit mendung dan berkabut tapi tetep banyak aja wisatawan yang berkunjung.

V*rio pink, tanpa STNK & rem blong HAHAHAH


Ready to rock !!

Behind the cam (again) :((



Free-man a.k.a preman

Levitasi gagal


Model majalah flora fauna
Levitasi gagal (banget)
Vandalisme, jangan ditiru yaaa !!!
Hadeeeuh, cinta-cinta lagi
Find the mistake :)
Salam :))
Matahari udah tinggi, tanda kalau kita udah harus segera cabut. Setelah solat dzuhur dan leyeh-leyeh sebentar, bergegas lah kita pulang karena gerimis udah kembali turun. Tak dinyana, hujun turun tambah deres, gue pun tambah dag-dig-dug, motor-motoran, di jalanan yang ga familiar plus berliku-liku dan licin bukanlah kombinasi yang indah. Firasat ga enak pun kembali muncul, dan selang beberapa detik setelah firasat gue ga enak itu, BLAAAR, gue udah terhempas dijalanan dan tertindih motor, mungkin perkara jatoh dari motor udah bukan barang baru buat gue yang notabene tiap hari pake motor. Cuma jatoh dengan keadaan ketindih motor ditengah jalan dengan tiba-tiba truk melaju didepan mata ialah bukan merupakan wisata adrenalin yang masuk list gue, BUKAN SAMA SEKALI !! . Saat itu yang ada dipikiran gue cuma nama nyokap, bokap dan kakak gue. Baru pertama kalinya, gue pengen banget pulang pas lagi ngetrip. Alhamdulilah, Allah masih kasih kesempatan gue buat terus berbuat baik, jadi gue masih bisa bernafas (lagi). Emang ya bener orang bilang, kalo orang boncengan jatoh, pasti yang banyak luka-luka itu yang dibonceng, mungkin karena ga siap jadi ga bisa gerak cepet ketika jatoh. Alhamdulilah, Tissa ga kenapa-kenapa, cuma saya yang bocel-bocel disana sini HAHAHAHA. Akhirnya kita putusin buat istirahat dulu di warung pinggir jalan, sekalian bersihin luka disana sini. Gue kudu berterima kasih juga buat ibu-ibu penjaga warung yang udah berbaik hati bikinin air anget buat kompres luka.

Trauma ? Engga juga sih, cuma mungkin ga bakal naik motor jarak jauh dalam waktu dekat HAHAHAHA.  Karena gue dan Tissa sama-sama masih terguncang jiwa nya *lebay *biarin, akhirnya kita tukeran pasangan, gue dibonceng Mas Agus dan Tissa dibonceng Tepe. Selama perjalanan pun mulut gue komat-kamit berdoa dan pegangan kenceng ke besi jok motor. Ya Allah perkenankanlah hamba pulang ke rumah, begitu terus gue berdoa dalam hati. Dan akhirnya sampailah gue di Bandung langsung menuju terminal LeuwiPanjang buat nunggu  bis pulang ke Bogor. Trip kali ini bener-bener trip paling mengesankan buat gue, bukan karena keindahan tempat tujuan yang fantastis, melainkan value yang bener-bener gue dapetin, bahwa lo harus dengerin kata hati lo sendiri, ketika lo udah ga nyaman dengan suatu keadaan maka ikutin kata hati lo sendiri. Dan selalu ingat Tuhan dimanapun dan kapanpun, karena keadaan buruk pun bisa selalu menimpa tanpa disangka-sangka.
Sudut pandang yang lain :)
Next destination ??
Tapi kejadian ini juga ga akan ngebuat gue berhenti nge-trip, bukan karena gue ga tau terima kasih atau sombong, tapi karena gue mau mencari nilai-nilai luhur yang lain yang jarang bisa dapetin kalo gue cuma duduk dan berdiam diri dan pasif. Inget, adventure may hurt you, but monotony will kill you !!!


Salam,

@agzthermawan

Kamis, 06 Maret 2014

Bandung dalam Kilatan


What ? Bandung tersambar kilat ? NO !! Kilat dalam judul diatas bermakna konotasi kok, bukan makna kilat yang sebenarnya. Kenapa judulnya “Bandung dalam Kilatan” ?? Karena “kabur”nya gue kali ini ke Bandung boleh dibilang minim persiapan atau “gimana entar” bukan “entar gimana” HAHAHAHA.
Berawal dari rumor kalo KA Argo Parahyangan rute Jakarta-Bandung menawarkan panorama yang keren selama perjalanan, maka gue putusin buat nyobain naek itu kereta. Setelah promosi sono sini, akhirnya berhasilah gue buat ngajak temen-temen gue, sebut saja TP, Mas Agus (pake “u” ya, bukan “i”) dan Tisa. Diskusi kilat via email pun menjadi pilihan dikala jarak memisahkan *eaaaaaa. Akhirnya disepakati kalo kita berangkat pake Argo Parahyangan, keliling Bandung pake motor dan pulang ke Bogor naek bis.
Perjalanan Gambir-Bandung via Argo Parahyangan seharusnya menjadi perjalanan kereta api yang memukau, yang paling indah, tapi sekali lagi gue bilang seharusnya, kenapa gitu ? Karena pas gue berangkat, turun hujan deraaaaaaaas. Dan selama perjalanan pun mendung menggelayut disana-sini. Apanya yang indah? -___-  Gw berasa naik Hogwart Express di sekuel ketiga Harry Potter and The Prisoners of Azkaban, pas adegan kereta nya digerebek sama dementor, mendung, dingin, berkabut, bedanya bukan dementor yang melayang masuk kereta tapi abang-abang kereta nawarin makanan yang harganya selangit *glek
Setelah kurang lebih 3 jam, finally mentok di Stasiun Bandung, Horraaaay !!! Suasana khas Bandung langsung terasa pas gue turun kereta. Setelah menyelesaikan urusan “alamiah”, kita langsung cari-cari angkot arah Pasir Kaliki. Awalnya kita disaranin buat jalan kaki karena Pasir Kaliki udah deket, tapi ada juga yang nyaranin kita buat naik angkot, akhirnya kita naik angkot. Etdah bujug, ternyata sepanjang jalan yang dilalui itu angkot namanya Pasir Kaliki, dan kita turun di jalan paling ujung HAHAHAHAHA ga kebayang kalo kita jadi jalan kaki.
Stasiun Besar Bandung

(Ki.Ka : Tisa, Mas Agus & Tepe, gue ? dibelakang kamera)

Kita langsung menuju tempat rental motor, setelah udar ider tanya sana sini, bersualah kami dengan petugas rental motor dan dimulailah percecokan itu HAHAHAHA. Percecokan ini dikarenakan ada perbedaan harga sewa dengan deal diawal via telepon. Deal diawal ialah 130 ribu per motor untuk sewa 2 hari tapi ternyata harga berubah menjadi 165 ribu. Widih, kami pun misuh-misuh. Mas Agus nyoba buat nego tapi mental, akhirnya TP dan Tisa membrondong abang-abang rental dan menelpon sang empunya rental. Voila, tembus coy, boys do the best, and let girls do the rest HAHAHAHAHA.  Deal, 130 ribu 2 motor buat 2 hari, 2 pasang helm, (harusnya) 2 pasang jas ujan, (harusnya) 2 STNK, plus 1 peta bandung. Tapi apa daya ternyata cuma dapet 1 pasang jas ujan dan yang paling gokil lagi, 1 STNK V*rio dan 1 SURAT TILANG Sp*cy !!! . Gue, “Mas kok surat tilang? STNK-nya mana ?”. Mas-mas rental, “Wah, motornya kemaren abis ditilang”. Gue (lagi),”Lah trus kalo saya ketilang gimana ?”. Mas-mas rental, “Ya malah lebih gampang mas, kan udah punya surat tilang, jadi ga bakal ditilang lagi”. Gue, “WHAAAT ? *kenyotsetangmotor.  Akhirnya gue terima surat tilang ini dengan lapang dada.
Karena kondisi Bandung yang udah mulai gerimis manis akhirnya kita sepakat buat ke Museum Geologi sekalian numpang solat & neduh. Cukup surprise juga sama ni museum, arsitektur bangunannya gaya artdeco, antik, gothic tapi isinya cukup modern, apalagi di lantai 2. Media informasinya cukup informatif dan gak bikin pengunjung cepet bosen. Dari museum ini pun gue baru tau kalo ternyata bandung itu dulunya ialah waduk raksasa, berbentuk cekungan kaya mangkok, gue jadi bayangin kalo bikin bakso muat berapa mangkok yaa? *random
Bersama T-Rex

Kerusakan akibat Wedhus Gembel Merapi

Cekungan Bandung

Apapula ini ada cinta-cintaan -__-

Setelah puas keliling, narsis-narsisan hingga nyobain simulator gempa (gak berasa, lebih berasa goncangan ComLine Bogor-Jakarta), perut ikutan bergoncang minta diisi. Nasi timbel pun jadi pilihan, cuma 15 ribu udah dapet nasi timbel, ayam bakar, sambel, lalap sama teh tawar HAHAHAHHAHA. Hujan masih gerimis, ternyata kita sadar kalau disamping ada Taman Lansia. Langsung terbayang di benak gue, para lansia, kakek nenek lagi hengot di taman sambil narsis pake tongsis *huss, dosaaa !!!
Kami jomblo yg sudah lansia -__-

Mana sate nya ?

Kita terusin jalan ternyata sampai di depan Gedung Sate. Sumpah, seumur-umur gue ke Bandung baru kali ini bisa narsis di depan Gedung Sate HAHAHAHAHA norak *biarin ! Tak dinyana, hujan pun berhenti, buru-buru kita balik ke Museum Geologi buat solat Ashar plus ambil motor buat langsung ke BUKIT MOKOOOOO !! Yup, tujuan utama “kabur” gue ke Bandung kali ini, selain buat nyobain Argo Parahyangan juga buat menuhin hasrat gue akan Bukit Moko :p
Bukit Moko terletak di daerah Padasuka, nah jadi kalo lo dari arah Gasibu, lo lurus aja ke arah Cicaheum, ntar pas ada pertigaan Padasuka langsung ambil kiri, ga jauh dari situ ada Saung Angklung Udjo yang terkenal, berhubung budget gue seret maka gue langsung tancap gas buat ke Moko. Jalanannya relatif beraspal dengan kontur jalan yang menanjak dan sedikit berkelok. Lurus terus ikutan jalan hingga ketemu daerah Caringin Tilu. Disini jalanan udah nanjak pol tapi masih beraspal jadi ga begitu terasa berat, dan disini udh mulai tuh keliatan view kota Bandung yang awesome abis. Sebenernya disini udah banyak warung-warung  (gak pake remang-remang) buat kita istirahat, tapi berhubung udah mendung jadi kita langsung meluncur ke atas.
View Bandung dari Cartil

Lika-liku Cartil

Finally, Saung Daweung

Anak berbaju orange itu liat apa ? -___-

Setelah daerah Caringin Tilu atau biasa dikenal dengan Cartil, jalanan sudah mulai berbatu plus menanjak bikin motor jugijagijuk ga karuan. Finally, sampelah kita di plang Saung Daweung. Disini yang namanya beneran tanjakan HAHAHAHA, emang bener ya, segala sesuatu yang indah itu musti didapetin dengan pengorbanan, ga ada yang instan. Bahkan mie yang katanya instan itu kudu direbus dulu sebelum disajiin ckckckck apalagi mengejar cinta *eeaaaa *gaknyambung *biarin. And this is me, at BUKIT MOKOOOOO !! 
Welcome !!

Here i am, MOKO !

Pelataran Moko

Mendung ya ? :(

Salam :*

Mau liat view citylights Bandung dari sini ? Eiitsss, sabar. Next chapter yaaaaaaaaaa !!!!!

Salam,
@agzthermawan